full time angel

Thursday, May 10, 2007

Cinta Kampret ala Ibu Bijaksini dan Malaikat Berbentuk Kampret


Ibuku selalu bilang, “Mama marahin kamu tuh karena mama sayang. Kalau mama nggak sayang, mama cuekin aja”. Kalau lagi becandaan aku selalu bilang, ”Itu kan alasan pembenar aja buat ngomel”.

Tapi pagi ini aku dihadapkan pada pemahaman bahwa ibuku benar. Mama marah karena dia sayang sama aku, tapi bagaimana reaksi si manja diomelin itu urusan yang lain. Aku bisa lihat kemarahan mama sebagai bentuk kasihnya, atau sebagai bentuk permusuhan.

Seorang sahabat merasa lelah mengulurkan kasihnya pada seseorang yang dengan tulus dia cintai. Dia cape dan bete melihat orang tersebut justru melihat kasihnya dengan cara yang berbeda. Aku kehabisan cara untuk mengulurkan kasihku buat dia, dan akhirnya jutek sendiri.

Seorang sahabat yang lain, bernama Early Dewi, yang kadang baik kadang juga sama kampretnya dengan aku, menginterogasiku dengan cara sadisnya seperti biasa. “Kamu peduli sama dia karena kamu mangkel sama dia dan ini bagian dari proses rationalisasimu dan denialmu, atau karena memang peduli?”

Berhubung aku tau bahwa kolegaku sesama kampret ini bermaksud baik dengan menghujam pertanyaan tidak berbudi ke kampret yang manis ini maka aku menjawab dengan manis. Aku bilang aku memang peduli dengan sahabatku itu, dan nggak tega lihat dia mengalami kesulitan. Kasarnya, kalau aku yang jatuh dan butuh nangis Bombay maka akan banyak malaikat berbentuk kampret yang dengan sadis menendang pantatku untuk bangkit. Boro-boro deh ngasih tissue, yang ada paling juga tamparan dan tendangan untuk bergerak.

Kemudian sahabatku yang kampret ini bilang, “Mungkin cinta dan kedekatan membuatnya insecure. Saat ini dia belum bisa melihat uluran tangan dan kasih kalian, dia memilih melihatnya dari sudut pandang yang berbeda”. Hal pertama yang terlintas di kepalaku, ealah bu…masih tetep yeee Fruedian, kita tinggal bikin dinamika psikologisnya aja tuh kan gampang apalagi pola pertahanan egonya kelihatan.

Sahabatku yang cerdas ini juga tanya dengan gaya sadisnya itu kenapa aku jadi bete dengan masalah ini. Iya ya…jangan jangan aku yang overreacted? Jangan jangan aku marah karena aku sayang dia dan dia tidak terima sayangku. Padahalkan ibu bijaksini yang juga lagi cape dan bete itu juga pernah bilang,”Kalau sayang ya sayang aja, nggak usah berharap apapun. Nggak usah berharap dia akan membalasnya.”

Kemudian aku juga teringat omongan seorang Avi Mahaningtyas. Ibu Avi ini juga masuk kategori malaikat dalam samaran bitch (walau dia keukeuh dia itu bitch dalam bentuk malaikat). “Just love, observe and be compassionate. Katakan kebenaran Tuhan walau dengan gaya bitchy yang memuakkan.”

Mungkin juga sekarang saatnya untuk mencintai seseorang yang kuanggap sahabat tanpa memintanya mencintaiku seperti aku mencintainya. Mungkin saatnya untuk menjauh agar dia bisa melihat lebih jelas tanpa merasa terancam. Mungkin sekarang saat aku duduk diam, to observe and be compassionate.

Buat malaikat dalam bentuk kampret dengan kadar kecemasan sangat tinggi dan jempolnya bucuk, glad that God sent you in my life.

Buat ibu-ibu arisan, mari kita lanjutkan arisan kita sambil menghisap nikotin dan menyeruput anggur merah memabukkan. Pemenang arisan akan dapat bale-bale antik untuk menikmati sex yang bagus.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home