Saturday, August 26, 2006
Surat buat (Bekas) Laki-lakiku
Laki-lakiku, aku kehilanganmu lebih dari yang kau kira
Aku kembali ke tanah ini, tanah yang penuh kenangan. Udara yang kuhirup mengingatkanku padamu.
Di sini, di tanah ini, kita pernah bergandengan tangan. Mesra dan malu-malu. Lengkap dengan binar mata penuh kasih dan kerinduan. Ditingkahi dengan lelucon konyol yang membuatku tertawa lepas. Aku ingat binar matamu setiap memandangku. Kau ingat pameran Aceh Bangkit tahun lalu laki-lakiku? Seseorang berniat memberimu buku tentang Islam supaya kau dapat menjadi suami yang baik bagiku, dan aku menyeringai antara geli, harap, jengah dan takut. Sebaliknya kamu dengan tenang mengambil beberapa buku gratis itu dan membawanya pulang. Free books, who doesn’t want them?
Kamu ingat saat menemaniku makan malam bersama teman dari
Laki-lakiku, aku telah merelakanmu pergi. Life goes on. Aku tidak dapat hidup di masa lalu dan terus mengharapmu kembali. Aku juga tidak menginginkannya. Hanya ijinkan aku untuk menikmati kembali sebongkah kenangan indah ini.
Semua kenangan bersamamu merupakan kenangan yang indah. Nyaris tanpa cacat (termasuk saat perih itu terjadi). Terima kasih telah mengukir sebagian hidupku dengan kenangan indah. Bahagialah dalam hidupmu.
Dari (bekas) perempuanmu
Thursday, August 24, 2006
Sweet dreams jelly bean
I flew to Banda Aceh. I went back to the land of rencong after 10 months left it. There was a funny feeling, but I didn’t know what.
I told Hery that I want to fly in the morning, so I could go to airport with Seiji who’d go back to
Above
I felt something was missing. I spent a lovely weekend in
I landed in Banda Aceh. The funny feeling was stronger. I would meet some friends, but him. There wouldn’t be him anymore. I would go to places we went to, meet friends, but without him. No sms at night saying sweet dreams jelly bean.
Thursday, August 10, 2006
Perempuan berwajah ATM
Beberapa jam yang lalu aku dapat sms dari seseorang yang layak kusebut sebagai kakak. Dia minta uang sama aku untuk bayar kontrakan. Katanya dia sudah menunda 1 bulan dan uangnya belum cukup. Dia juga bilang bahwa balasan smsku dia tunggu. Sebetulnya dari beberapa hari yang lalu dia sudah ingin ketemu, tapi aku selalu menghindar. Intuisiku berkata bahwa dia ingin minta sesuatu, dan ternyata benar.
Aku jawab smsnya dengan singkat. Aku hanya berucap maaf belum gajian.
Beberapa jam kemudian seorang teman sms. ‘Aku bisa minta tolong kamu?’ katanya. Dia ternyata butuh sejumlah uang dan bermaksud pinjam aku. Sekali lagi aku berkata,”Maaf belum gajian.”
Tolong deh…emang aku ATM.
When a 'lesbian' met a 'gay'
My lesbian friend, D, introduced me to her friend, F. She told me that he’s a gay, so there won’t be any romance between us. I said fine. Having more friends is fine no?
Then we met. She collected him and went to my apartment. He smiled at me, looked at me. Once I doubted that he’s a gay, but I might be wrong. Moreover his sexual preference’s not my business. I just pitied…what a shame. If he’s not a gay than probably I would date him.
Couple days after, at home. D talked to me. She doubted that F’s a gay. She said that seemed he liked me. F asked D when he went back home from my place whether or not I was D’s girlfriend. D answered no. I laughed when D told me so.
I sent him a text message.
How could you think that I was D’s girlfriend? She’s a nice person, but unfortunately I am straight at the moment.
He replied me.
Oh sorry. I didn’t know that.
What about you? Who’s your boyfriend?
Hahahahahaha I am straight. D should know that I am not a gay.
Ooops…sorry
Nevermind.
Hey..want to go out with me?